Oh…sore itu sore yang indah.
Saking indahnya, sampai membuat teman-teman saya bicara tentang rencana-rencana masa depan yang realistis, tanpa sedikit pun tempelan khayalan ajaib seperti yang biasanya saya lakukan.
Saya nggak tahu, apakah kami (atau cuma saya?) yang telat atau justru terlalu dini untuk ngomongin hal-hal tentang apa yang bakal dilakuin selesai kuliah. Bahkan ada teman yang bikin rencana tentang MARRIAGE! Sebenernya nggak papa sih, masalahnya, dia bahkan belum punya calon pacar!
So, semua gara-gara beberapa teman saya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang himpunan dengan hebohnya. Mereka pusing karena masalah jadwal dan persyaratan kuliah yang amburadul. Dan dengan suksesnya, keributan mereka berhasil membuat saya berhenti dari kesibukan chatting. Pokoknya, saya terbawa suasana sampai ikut-ikutan ngitung berapa sks yang bakal kita penuhi semester depan dan depannya lagi. Setelah selesai ngitung-ngitung, kita lega sekaligus tetap pusing. Duh…rasanya semester depan kuliah kita bakal hectic lagi.
Dari keributan kecil tadi, tiba-tiba teman saya yang namanya Nisya atau sebut saja Dibeh, menyambung diskusi dengan kebingungannya tentang apa yang bakal dia lakuin setelah lulus. Dibeh punya dua pilihan, menjadi seorang arsitek murni atau seorang kontraktor. Nah karena disana ada teman saya—namanya Ira— yang sepertinya expert tentang masalah seperti itu, maka si Ira ngasih penjelasan panjang lebar tentang dua pilihan tadi. Hasilnya, Dibeh semakin bingung! Dan dari ceramah pendek Ira, saya pun segera terbawa ke dalam pikiran. Mau jadi apa nanti? Arsitek? Pemborong? Kerja di majalah? Atau bahkan perancang baju? Atau bahkan bank? Jangan-jangan malah jadi presiden.
Konyolnya, rencana-rencana yang asik kita susun sore itu di ruangan himpunan, tiba-tiba buyar karena kata-kata seorang senior. Yah, katanya, semua yang kita rancang sekarang nggak bakal benar-benar berguna buat nanti karena time is running and people change. Waktu bakal membuat orang berubah cara pikirnya, situasinya, keadaannya. I agree with that, tapi apa salahnya kalau kita udah bikin rencana-rencana kecil. Ya kan?
David A. Sagita
Feb 07, 2010 @ 18:53:04
maka perlu kita tanya kembali apa itu arsitektur…waktu aku masuk kuliah di jurusan arsitektur aku bakal menyangka kami yang ber-200 ini akan jadi arsitek semua…ternyata seiring dengan jalan berguguran satu per satu…beberapa tetap konsisten mengambil arsitektur sebagai jalan hidup…sebagian menyerah…tapi ungkapan time is running and people change tidak selalu benar…berhayal itu sah…
taraderia
Feb 10, 2010 @ 16:02:45
Setuju. Tapi di semester nyaris akhir ini aku jadi semakin tersadar sama apa yang sebenernya aku minati.
Adibah
Feb 09, 2010 @ 18:39:13
wakhhhhhhhhhh
hahahahahahaha
spesifikkk!!dibeh..hehe..aku langsung merasa terpanggil..haha
masi bingung..mimpi bakal jadi MK..hehehe
brangkat dari arsitek??
Insya Allah..hehehe
semua harus dimulai dari mimpi. berkaca pada pengalaman kita terdahulu waktu SPMB, berangkat dari minat dan mimpi, sisanya kembali pada usaha dan takdir..hehehe
may Allah will always give us the best..
taraderia
Feb 10, 2010 @ 16:03:53
Amiiin…. Hahaha, tapi gara-gara pertanyaanmu sore itu, aku jadi kepikiran semalem suntuk. Serius! XD